Oleh : H. Wajihudin Al-Hafeez, MSPA
Ada tiga hal yang kehadirannya dirahasiakan. Pertama, takdir. Allah menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (Q.S. Al-Qamar[54]:49; Al-Mursalat[77]:23; Ar-Ra’d[13]:8). Tak seorang pun yang mengetahui ukuran, dan ketetapan Allah yang akan terjadi. Takdir termasuk perkara gaib (Q.S.Al-An’am[6]:59). Namun semua hal yang dikehendaki Allah pasti terjadi (Q.S.Ar-Rad[13]:11;Al-Ahzab[33]:17; Al-Fath[48]:11; Yasin[36]:82). Allah wujudkan semua hal yang dikehendaki-Nya (Q.S.Yasin[36]:87).
Yang miskin sibuk mencari nafkah; yang kaya sibuk mengumpulkan harta. Namun jika akhirnya mati, mengapa harus meninggalkan Allah atau membabi buta ?.
Allah dan RasulNya perintah mencari rezeki dengan cara yang baik (Q.S.Thaha[20]:21; Al-Baqarah[2]:168). “Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh rezekinya…”(HR. Ibnu Majah).
Kita tidak tahu tempat, jumlah, kapan datang dan pergi rezeki. Yang diperlukan adalah tetap usaha dan ikhtiyar sesuai ketentuan Allah. Tidak seharusnya berputus asa ketika rezeki hartanya pas-pasan. Dunia adalah tempat perubahan. Yang hari ini berhasil mengumpulkan uang dan harta banyak; boleh jadi bangkrut esok hari. Yang hari ini susah payah; boleh jadi esok penuh berkah. Maka tidak seharusnya mendzalimi diri di akhirat dengan meraih rezeki secara membabi buta dan menghalalkan segala cara.
Apa yang diperoleh belum tentu kita nikmati, belum tentu banyak, belum tentu memuaskan dan kekal. Sedangkan rezeki yang diperoleh secara illegal adalah musibah. Bahkan rezeki halal pun apabila tidak digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah, juga musibah (Q.S. Asy-Syu’ara[26]:88-89). Adapun orang beriman senantiasa berorientasi dan berjihad meraih karunia-Nya untuk akhirat (Q.S.Al-Isra’[17]:19; Ali Imran[3]:14,185,197; At-Taubat[9]:38).
Ketiga, kematian. Setiap orang pasti merasakan mati (Q.S. Ali Imran[3]:185). Tidak seorang pun bisa lari dari kematian dan Allah merahasiakan waktunya (Q.S. Al-Jumuah [62]:8; An-Nisa[4]:78; Al-Anbiya[21]:34; Ar-Rahman-55:26-27).
Meskipun kematian pasti hadir, banyak yang lupa mempersiapkan kehadirannya. Seorang mukmin percaya manusia bukan makhluk yang muncul tiba-tiba tanpa Pencipta (generatio spontania) sebagaimana anggapan filusuf atheis. Akan tetapi Allah menciptakannya dan pasti kembali kepada-Nya serta mempertanggungjawabkan amanat-Nya (Q.S.Al-Maidah[5]:105; Yunus[10]:23).
Jadi, orang beriman seharusnya mempersiapkan bekal perjalanan ke akhirat (Q.S. Al-Baqarah[2]:281). Jangan sampai menyesal seperti jutaan orang di alam kubur yang ingin kembali ke dunia agar bisa bersedekah, berbuat baik dan menjadi golongan yang salih (Q.S. Al-Mukminun[99-100).
Abdullah Ibnu Umar radiyallahu berkata, “Aku bersama Rasulullah saw., kemudian seorang sahabat Anshar mendatangi beliau. Dia mengucap salam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah mukmin yang paling baik?” Beliau menjawab, “Yang paling baik akhlaknya.” “Lalu siapakah mukmin yang paling cerdas?”, Beliau menjawab, “Yang paling banyak ingat mati dan paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya. Mereka-lah yang paling cerdas.”(HR. Ibnu Majah).
Semoga kinakdir baik, rezeki barokah dan husnul khatimah.